Kota Blitar - Di tengah derasnya arus globalisasi yang kian menggiring generasi muda pada budaya populer dan tren kebaratan, seorang gadis belia asal Kota Blitar justru memilih jalan yang berbeda. Ia tak hanyut dalam arus, melainkan memilih menelusuri jejak sejarah dan pemikiran tokoh besar bangsa, Bung Karno.
Khairunissa Maulina Azzara, atau akrab disapa Zara, di usianya yang baru 16 tahun, gadis asal Kelurahan Bendogerit ini telah menunjukkan kiprah luar biasa sebagai Koordinator Forum Diskusi Pemuda Penggiat Literasi Bung Karno sekaligus pendiri komunitas sastra dan sejarah "Sajak Literata", sebuah ruang diskusi, berbagi karya, dan menggali literasi sejarah khususnya di kalangan kawula muda.
Komunitas ini lahir dari kegelisahan Zara akan minimnya ruang anak muda untuk berdiskusi sejarah dan takut berdialog dengan para pakar. Ia ingin menghadirkan ruang alternatif yang hangat, terbuka, dan membumi.
Ketertarikannya pada sejarah tumbuh sejak kecil. Namun titik balik semangatnya dimulai sejak duduk di kelas 7 SMP. Bermula dari kekagumannya pada kisah Kerajaan Majapahit, yang kemudian berkembang pada sosok Bung Karno.
“Gak afdol rasanya kita yang muda, lahir di Bumi Bung Karno, tapi belum mempelajari sejarah Bung Karno itu sendiri,” ujar Zara.
Zara mulai rajin membaca koleksi literasi Bung Karno dan berdiskusi aktif dengan para pustakawan di Ruang Memorabilia dan Koleksi Khusus Bung Karno UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Salah satu pidato yang paling membekas di benaknya adalah “JAS MERAH” – Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah.
“Menurutku Bung Karno sangat menginspirasi, hidup dalam tekanan penjajahan, tapi mampu membakar semangat rakyat lewat pidato-pidato yang menggetarkan, salah satunya ‘Jas Merah’,” tuturnya.
Zara juga menggali nilai-nilai luhur Bung Karno, seperti semangat gotong royong yang diperas dalam Ekasila, inti dari seluruh sila Pancasila. Ia memaknainya sebagai dasar persatuan, keadilan, dan kemanusiaan.
Melalui Sajak Literata, Zara dan kawan-kawannya aktif mengubah hasil diskusi sejarah menjadi karya sastra: puisi, cerpen, hingga esai. Mereka menjadikan literasi sejarah bukan sekadar hafalan, tapi sebagai sumber kreativitas yang menumbuhkan rasa bangga pada identitas bangsa.
Dari kisah Zara, kita belajar bahwa usia muda bukan penghalang untuk berkarya dan berkontribusi. Seperti pesan Bung Karno, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.” Maka tugas generasi muda hari ini bukan hanya menjaga ingatan sejarah, tapi menyulut semangat itu lewat karya nyata. (Pang)
Berita Populer
by Admin Kota | 13 Jun 2019
by Admin Kota | 10 May 2019
by Admin Kota | 22 Jun 2023
by Admin Kota | 04 Mar 2019
by Admin Kota | 11 Jan 2023
by Admin Kota | 20 Feb 2023